LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
HAMA
DAN PENYAKIT BENIH
PEMELIHARAAN
SERANGGA HAMA PRIMER DAN HAMA SEKUNDER PADA BENIH UTUH DAN BENIH PECAH
Dosen:
Dr. Ir. Rully Anwar, MSi
Asisten Praktikum:
Annisa Puspadini
Subagyo
Irham Rizqi
Putranto
Disusun Oleh
Kelompok 3
(Praktikum 1) :
Resnu Adikumara (J3G114031)
M. Syaiful
Fandhori (J3G114033)
Fanny Alvionita (J3G114034)
Sri Wafda
Fazriani (J3G114037)
Ega Putri Supani (J3G114039)
Deyan Sander (J3G114040)
Aulia Rahma
Siregar (J3G114042)
PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyimpanan merupakan
tahapan yang cukup penting. Pada tahap ini dapat terjadi perubahan kualitas dan
kuantitas yang dipengaruhi oleh interaksi kondisi lingkungan dan organisme atau
hama gudang (mikroorganisme, serangga dan rodentia). Diantara hama-hama gudang
tersebut, Serangga
menyebabkan kerusakan terbesar, Hal ini disebabkan serangga hama gudang
mempunyai kemampuan berkembang biak yang cepat dan mudah menyebar.
Serangga hama gudang yang umum
menyerang komoditas simpanan adalah kumbang (Coleoptera) dan ngengat
(Lepidoptera), sisanya dari golongan Orthoptera dan Psocoptera. Serangga hama
tersebut dapat menyebabkan kerusakan atau kerugian, baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan langsung berupa pengurangan berat komoditas,
berkurangnya daya simpan. Kerusakan tidak langsung seperti perpindahan
kelembaban nisbi, pemanasan internal, pertumbuhan cendawan, serta kontaminasi
terhadap benih yang disimpan.
Hama gudang dapat dikategorikan ke dalam
hama utama (primary pest) yaitu hama yang mampu makan keseluruhan biji yang
sehat dan menyebabkan kerusakan. Kumbang bubuk Sitophilus spp. masuk ke dalam
kategori ini. Selain itu, dikenal hama sekunder yaitu hama yang menyerang dan
bertahan pada biji yang telah rusak, misalnya Tribolium sp.
Serangga Sitophilus sp. sering dijumpai
baik sewaktu tanaman masih di lapangan maupun setelah di gudang (Porntip dan
Sukpraharn, 1974; Teetes et al., 1983). Hasil survey di Honduras Sitophilus sp.
hampir selalu ditemukan di gudang penyimpanan serealia (Hoppe, 1986). Selain
Sitophilus sp. hama lain yang umum ditemui adalah Rhyzoperta dominica,
Sitotroga serealella dan Ephis cautella.
Diantara hama gudang yang diketahui, S.
zeamais merupakan hama utama pada komoditas serealia dalam masa penyimpanan
bahan. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai di atas 30%.
Faktor-faktor yang mempercepat laju kumbang bubuk tersebut adalah tingginya
kadar air awal penyimpanan, suhu, kelembaban udara dan rendahnya mutu biji di
tempat penyimpanan (Bejo, 1992). Akibat serangan S. zeamais dapat menurunkan
berat biji yang sangat drastis, sedang pada beras serangan cukup ringan
(Morallo dan Javier, 1980).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk menentukan sifat ekologis suatu hama gudang dan menentukan
golongan hama tersebut baik primer maupun sekunder.
METODOLOGI
KERJA
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada
hari rabu, tanggal 11 November 2015 pukul
08.00-12.00 WIB di Laboratorium CA BIO 1 Kampus Diploma IPB Cilebende.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, wadah plastik bertutup,
kuas, dan sendok. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
serangga hama primer Sitophilus zeamais,
serangga hama sekunder Tribolium castaneum benih jagung utuh
dan benih jagung pecah.
Metode
Kerja
Metode kerja dalam
praktikum ini yaitu mengambil benih jagung yang utuh dan pecah yang telah
disediakan menggunakan sendok, kemudian benih ditimbang masing-masing sebanyak
20 gram. Setelah itu masukan kedalam wadah plastik. Kemudian serangga diambil
menggunakan kuas sebanyak 10 pasang Sitophilus
zeamais dan 10 pasang Tribolium
castaneum serta masukan ke dalam wadah plastik. Setelah itu masukan 5
pasang serangga Sitophilus zeamais
dan Tribolium castaneum masing-masing
ke dalam wadah plastik yang berisi benih utuh dan 5 pasang Sitophilus zeamais dan Tribolium
castaneum lainnya masing-masing dimasukan ke dalam benih pecah. kemudian wadah
wadah plastik percobaan di simpan pada suhu kamar selama 1 bulan dan bebaskan
dari gangguan semut. Setelah 1 bulan disimpan populasi serangga diamati dengan
mencatat jumlah telur, larva, pupa dan imago.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel
1 Rataan Hasil Pengamatan Hama Primer dan Hama Sekunder Pada Benih Utuh dan
Benih Pecah
Benih
|
Hama
|
Populasi (Individu)
|
||||
T
|
L
|
P
|
I
|
∑
|
||
Jagung Utuh
|
Sitophilus zeamais
|
0.00
|
6.00
|
3.40
|
24.00
|
33.40
|
Jagung Pecah
|
0.00
|
2.00
|
0.00
|
15.20
|
17.20
|
|
Jagung Utuh
|
Tribolium castaneum
|
0.00
|
3.00
|
1.50
|
10.25
|
14.75
|
Jagung Pecah
|
0.00
|
5.80
|
0.40
|
12.00
|
18.20
|
Pembahasan
Serangga hama gudang merupakan
faktor biologis yang dapat menyebabkan kerusakan bahan simpan selama penyimpanan (Ileleji
et al. 2007). Sitophilus zeamais adalah serangga hama gudang yang bersifat
polifag (keberadaannya terdeteksi hampir di seluruh komoditas di gudang)
(Throne 1986).
Berdasarkan hasil pengamatan pada
praktikum pemeliharaan serangga hama primer dan hama sekunder yaitu populasi Sitophilus zeamais tertinggi yaitu terdapat pada benih jagung
utuh dengan rata-rata telur sebanyak 0.00, rata-rata larva sebanyak 6.00 dan
rata-rata pupa sebanyak 3.40 serta rata-rata imago sebanyak 24.00 sehingga
memiliki jumlah rataan 33.40, karena Sitophilus zeamais merupakan serangga yang termasuk ke dalam
hama primer dengan pengertian serangga yang mampu menyerang dan berkembang biak
pada komoditas simpanan utuh atau benih utuh.
Serangga
Sitophilus zeamais tidak
berkembang dengan baik pada benih jagung pecah sehingga memiliki populasi yang
rendah yaitu rata-rata larva sebanyak 2.00 dan rata-rata imago sebanyak 15.00
dengan rata-rata jumlah sebanyak 17.20 sedangkan telur dan pupa memiliki
rata-rata 0.00 atau tidak terdapat telur dan pupa pada benih pecah. Hal ini
disebabkan karena hama primer merupakan hama yang menyerang benih utuh sehinga
pada saat hama di simpan pada benih pecah maka populasinya akan sedikit.
Pada jagung utuh
populasi Tribolium castaneum lebih rendah dari jagung pecah yaitu
rata-rata telur sebanyak 0.00, rata-rata larva sebanyak 3.00 dan rata-rata pupa
sebanyak 1.50 serta rata-rata imago sebanyak 10.25 dengan rataan keseluruhan sebanyak
14.75. Hal ini disebabkan karena Tribolium castaneum merupakan hama
sekunder yang hidup pada benih pecah atau rusak. Sehingga apabila hama sekunder
Tribolium castaneum disimpan pada benih yang utuh maka tidak dapat
berkembang dengan baik.
Populasi
Tribolium castaneum pada jagung pecah
lebih tinggi dari pada jagung utuh dengan rata-rata telur sebanyak 0.00 atau
tidak ditemukan telur, rata-rata larva
sebanyak 5.80 dan rata-rata pupa sebanyak 0.40 serta rata-rata imago sebanyak
12.00 sehingga memiliki rataan jumlah sebanyak 18.20. Serangga Tribolium
castaneum merupakan hama sekunder yang hidup dan berkembang biak pada
komoditas simpanan yang telah rusak atau benih rusak. Sehingga Tribolium
castaneum dapat berkembang dengan baik dan memiliki populasi yang tinggi.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Populasi serangga Sitophilus oryzae pada
benih utuh lebih tinggi dibandingkan benih pecah karena Sitophilus oryzae merupakan hama primer yang dapat hidup pada benih
utuh dan menyerang benih utuh. Sedangkan
Tribolium castaneum merupakan hama
sekunder yang hidup pada benih pecah atau rusak sehingga populasi pada benih
pecah lebih tinggi dari pada benih utuh. Sitophilus
oryzae dan Tribolium castaneum
memiliki sifat ekologis yang sesuai dengan hama primer dan hama sekunder.
Saran
Mahasiswa
sebaiknya lebih teliti pada saat melakukan pengamatan agar mendapatkan data
yang valid.
DAFTAR
PUSTAKA
Bedjo,
1992. Pengaruh kadar air awal biji Jagung terhadap laju infeksi kumbang bubuk dalam
Astanto et.al(ed). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang Tahun 1991.
Balai penelitian Tanaman Pangan Malang p. 294-298
Hoppe,
T. 1986. Storage insects of basic food grain in Honduras. Tropical
Science.26:25-28
Ileleji
KE, Maier DE, dan Woloshuk CP. 2007. Evaluation of different temperature
management strategies for suppression of Sitophilus zeamais (Motschulsky) in
stored maize. J. Stored Prod. Res. 43: 480-488.
Morallo
Rejesus,B.Javier,P.A.1980. Laboratory assessment of damage caused by Sitophilus
spp and Rhizopertha dominica in stored grain, in sorghum and unillets abstract,
CA.B April 1982. Vol.7 No 1. Abstract 1-120
Teetes,
G.L., K.V.S. Reddy, K. Leuschener and L.R. House. 1983. Sorghum Insect
Identification Hand Book. International Crops Research Institute for the Semi
Arid Tropics.Information Bulletin no.12.
Throne
JE. 1986. A bibliography of maize weevils, Sitophilus zeamais Motschulsky
(Coleoptera: Curculionidae). USDA-ARS, ARS-58, Springfield, VA.
LAMPIRAN
Serangga
|
Ulangan
|
Benih Jagung Utuh
|
||||
Telur
|
Larva
|
Pupa
|
Imago
|
Ʃ
|
||
Sitophilus oryzae
|
1.00
|
0.00
|
1.00
|
1.00
|
13.00
|
15.00
|
2.00
|
0.00
|
9.00
|
1.00
|
32.00
|
42.00
|
|
3.00
|
0.00
|
12.00
|
8.00
|
26.00
|
46.00
|
|
4.00
|
0.00
|
7.00
|
0.00
|
27.00
|
34.00
|
|
5.00
|
0.00
|
1.00
|
7.00
|
22.00
|
30.00
|
|
Rata-rata
|
0.00
|
6.00
|
3.40
|
24.00
|
33.40
|
Serangga
|
Ulangan
|
Benih Jagung Pecah
|
||||
Telur
|
Larva
|
Pupa
|
Imago
|
Ʃ
|
||
Sitophilus oryzae
|
1.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
15.00
|
15.00
|
2.00
|
0.00
|
2.00
|
0.00
|
17.00
|
19.00
|
|
3.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
19.00
|
19.00
|
|
4.00
|
0.00
|
8.00
|
0.00
|
21.00
|
29.00
|
|
5.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
4.00
|
4.00
|
|
Rata-rata
|
0.00
|
2.00
|
0.00
|
15.20
|
17.20
|
Serangga
|
Ulangan
|
Benih Jagung Utuh
|
||||
Telur
|
Larva
|
Pupa
|
Imago
|
Ʃ
|
||
Tribolium castaneum
|
1.00
|
0.00
|
8.00
|
0.00
|
9.00
|
17.00
|
2.00
|
0.00
|
0.00
|
1.00
|
9.00
|
10.00
|
|
3.00
|
0.00
|
2.00
|
5.00
|
8.00
|
15.00
|
|
4.00
|
0.00
|
2.00
|
0.00
|
15.00
|
17.00
|
|
5.00
|
0.00
|
|||||
Rata-rata
|
0.00
|
3.00
|
1.50
|
10.25
|
14.75
|
Serangga
|
Ulangan
|
Benih Jagung Pecah
|
||||
Telur
|
Larva
|
Pupa
|
Imago
|
Ʃ
|
||
Tribolium castaneum
|
1.00
|
0.00
|
23.00
|
0.00
|
14.00
|
37.00
|
2.00
|
0.00
|
0.00
|
1.00
|
14.00
|
15.00
|
|
3.00
|
0.00
|
0.00
|
1.00
|
11.00
|
12.00
|
|
4.00
|
0.00
|
6.00
|
0.00
|
8.00
|
14.00
|
|
5.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
13.00
|
13.00
|
|
Rata-rata
|
0.00
|
5.80
|
0.40
|
12.00
|
18.20
|