Senin, 20 Mei 2019

LAPORAN PRAKTKUM HAMA DAN PENYAKIT BENIH

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
HAMA DAN PENYAKIT BENIH
PEMELIHARAAN SERANGGA HAMA PRIMER DAN HAMA SEKUNDER PADA BENIH UTUH DAN BENIH PECAH



Dosen:
Dr. Ir. Rully Anwar, MSi

Asisten Praktikum:
Annisa Puspadini Subagyo
Irham Rizqi Putranto


Disusun Oleh
Kelompok 3 (Praktikum 1) :
Resnu Adikumara                 (J3G114031)
M. Syaiful Fandhori                (J3G114033)
Fanny Alvionita                     (J3G114034)
Sri Wafda Fazriani               (J3G114037)
Ega Putri Supani                   (J3G114039)
Deyan Sander                        (J3G114040)
Aulia Rahma Siregar            (J3G114042)


Description: Description: Description: Description: Description: G:\I P B\! LOGO IPB.jpg
Description: Description: Description: Description: Description: G:\I P B\! LOGO IPB.jpg
Description: Description: Description: Description: Description: G:\I P B\! LOGO IPB.jpg 












PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyimpanan merupakan tahapan yang cukup penting. Pada tahap ini dapat terjadi perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh interaksi kondisi lingkungan dan organisme atau hama gudang (mikroorganisme, serangga dan rodentia). Diantara hama-hama gudang tersebut, Serangga menyebabkan kerusakan terbesar, Hal ini disebabkan serangga hama gudang mempunyai kemampuan berkembang biak yang cepat dan mudah menyebar.
Serangga hama gudang yang umum menyerang komoditas simpanan adalah kumbang (Coleoptera) dan ngengat (Lepidoptera), sisanya dari golongan Orthoptera dan Psocoptera. Serangga hama tersebut dapat menyebabkan kerusakan atau kerugian, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Kerusakan langsung berupa pengurangan berat komoditas, berkurangnya daya simpan. Kerusakan tidak langsung seperti perpindahan kelembaban nisbi, pemanasan internal, pertumbuhan cendawan, serta kontaminasi terhadap benih yang disimpan.
Hama gudang dapat dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest) yaitu hama yang mampu makan keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan kerusakan. Kumbang bubuk Sitophilus spp. masuk ke dalam kategori ini. Selain itu, dikenal hama sekunder yaitu hama yang menyerang dan bertahan pada biji yang telah rusak, misalnya Tribolium sp.
Serangga Sitophilus sp. sering dijumpai baik sewaktu tanaman masih di lapangan maupun setelah di gudang (Porntip dan Sukpraharn, 1974; Teetes et al., 1983). Hasil survey di Honduras Sitophilus sp. hampir selalu ditemukan di gudang penyimpanan serealia (Hoppe, 1986). Selain Sitophilus sp. hama lain yang umum ditemui adalah Rhyzoperta dominica, Sitotroga serealella dan Ephis cautella.
Diantara hama gudang yang diketahui, S. zeamais merupakan hama utama pada komoditas serealia dalam masa penyimpanan bahan. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai di atas 30%. Faktor-faktor yang mempercepat laju kumbang bubuk tersebut adalah tingginya kadar air awal penyimpanan, suhu, kelembaban udara dan rendahnya mutu biji di tempat penyimpanan (Bejo, 1992). Akibat serangan S. zeamais dapat menurunkan berat biji yang sangat drastis, sedang pada beras serangan cukup ringan (Morallo dan Javier, 1980).

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan sifat ekologis suatu hama gudang dan menentukan golongan hama tersebut baik primer maupun sekunder.



METODOLOGI KERJA
Waktu dan Tempat
          Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 11 November 2015 pukul  08.00-12.00 WIB di Laboratorium CA BIO 1 Kampus Diploma IPB Cilebende.

Alat dan Bahan
          Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, wadah plastik bertutup, kuas, dan sendok. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah serangga hama primer Sitophilus zeamais, serangga hama sekunder  Tribolium castaneum benih jagung utuh dan benih jagung pecah.

Metode Kerja
        Metode kerja dalam praktikum ini yaitu mengambil benih jagung yang utuh dan pecah yang telah disediakan menggunakan sendok, kemudian benih ditimbang masing-masing sebanyak 20 gram. Setelah itu masukan kedalam wadah plastik. Kemudian serangga diambil menggunakan kuas sebanyak 10 pasang Sitophilus zeamais dan 10 pasang Tribolium castaneum serta masukan ke dalam wadah plastik. Setelah itu masukan 5 pasang serangga Sitophilus zeamais dan Tribolium castaneum masing-masing ke dalam wadah plastik yang berisi benih utuh dan 5 pasang Sitophilus zeamais dan Tribolium castaneum lainnya masing-masing dimasukan ke dalam benih pecah. kemudian wadah wadah plastik percobaan di simpan pada suhu kamar selama 1 bulan dan bebaskan dari gangguan semut. Setelah 1 bulan disimpan populasi serangga diamati dengan mencatat jumlah telur, larva, pupa dan imago.










HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1 Rataan Hasil Pengamatan Hama Primer dan Hama Sekunder Pada Benih Utuh dan Benih Pecah
Benih
Hama
Populasi (Individu)
T
L
P
I
Jagung Utuh
Sitophilus zeamais
0.00
6.00
3.40
24.00
33.40
Jagung Pecah
0.00
2.00
0.00
15.20
17.20
Jagung Utuh
Tribolium castaneum
0.00
3.00
1.50
10.25
14.75
Jagung Pecah
0.00
5.80
0.40
12.00
18.20

Pembahasan
          Serangga hama gudang merupakan faktor biologis yang dapat menyebabkan kerusakan bahan simpan selama penyimpanan (Ileleji et al. 2007). Sitophilus zeamais adalah serangga hama gudang yang bersifat polifag (keberadaannya terdeteksi hampir di seluruh komoditas di gudang) (Throne 1986).
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum pemeliharaan serangga hama primer dan hama sekunder yaitu populasi Sitophilus zeamais  tertinggi yaitu terdapat pada benih jagung utuh dengan rata-rata telur sebanyak 0.00, rata-rata larva sebanyak 6.00 dan rata-rata pupa sebanyak 3.40 serta rata-rata imago sebanyak 24.00 sehingga memiliki jumlah rataan 33.40, karena Sitophilus zeamais merupakan serangga yang termasuk ke dalam hama primer dengan pengertian serangga yang mampu menyerang dan berkembang biak pada komoditas simpanan utuh atau benih utuh.
          Serangga Sitophilus zeamais  tidak berkembang dengan baik pada benih jagung pecah sehingga memiliki populasi yang rendah yaitu rata-rata larva sebanyak 2.00 dan rata-rata imago sebanyak 15.00 dengan rata-rata jumlah sebanyak 17.20 sedangkan telur dan pupa memiliki rata-rata 0.00 atau tidak terdapat telur dan pupa pada benih pecah. Hal ini disebabkan karena hama primer merupakan hama yang menyerang benih utuh sehinga pada saat hama di simpan pada benih pecah maka populasinya akan sedikit.
          Pada jagung utuh populasi Tribolium castaneum lebih rendah dari jagung pecah yaitu rata-rata telur sebanyak 0.00, rata-rata larva sebanyak 3.00 dan rata-rata pupa sebanyak 1.50 serta rata-rata imago sebanyak 10.25 dengan rataan keseluruhan sebanyak 14.75. Hal ini disebabkan karena Tribolium castaneum merupakan hama sekunder yang hidup pada benih pecah atau rusak. Sehingga apabila hama sekunder Tribolium castaneum disimpan pada benih yang utuh maka tidak dapat berkembang dengan baik.

          Populasi Tribolium castaneum pada jagung pecah lebih tinggi dari pada jagung utuh dengan rata-rata telur sebanyak 0.00 atau tidak  ditemukan telur, rata-rata larva sebanyak 5.80 dan rata-rata pupa sebanyak 0.40 serta rata-rata imago sebanyak 12.00 sehingga memiliki rataan jumlah sebanyak 18.20. Serangga Tribolium castaneum merupakan hama sekunder yang hidup dan berkembang biak pada komoditas simpanan yang telah rusak atau benih rusak. Sehingga Tribolium castaneum dapat berkembang dengan baik dan memiliki populasi yang tinggi.
         
           
















KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Populasi serangga Sitophilus oryzae pada benih utuh lebih tinggi dibandingkan benih pecah karena Sitophilus oryzae merupakan hama primer yang dapat hidup pada benih utuh dan  menyerang benih utuh. Sedangkan Tribolium castaneum merupakan hama sekunder yang hidup pada benih pecah atau rusak sehingga populasi pada benih pecah lebih tinggi dari pada benih utuh.  Sitophilus oryzae dan Tribolium castaneum memiliki sifat ekologis yang sesuai dengan hama primer dan hama sekunder.

Saran
          Mahasiswa sebaiknya lebih teliti pada saat melakukan pengamatan agar mendapatkan data yang valid.




















DAFTAR PUSTAKA
Bedjo, 1992. Pengaruh kadar air awal biji Jagung terhadap laju infeksi kumbang bubuk dalam Astanto et.al(ed). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang Tahun 1991. Balai penelitian Tanaman Pangan Malang p. 294-298
Hoppe, T. 1986. Storage insects of basic food grain in Honduras. Tropical Science.26:25-28
Ileleji KE, Maier DE, dan Woloshuk CP. 2007. Evaluation of different temperature management strategies for suppression of Sitophilus zeamais (Motschulsky) in stored maize. J. Stored Prod. Res. 43: 480-488.
Morallo Rejesus,B.Javier,P.A.1980. Laboratory assessment of damage caused by Sitophilus spp and Rhizopertha dominica in stored grain, in sorghum and unillets abstract, CA.B April 1982. Vol.7 No 1. Abstract 1-120
Teetes, G.L., K.V.S. Reddy, K. Leuschener and L.R. House. 1983. Sorghum Insect Identification Hand Book. International Crops Research Institute for the Semi Arid Tropics.Information Bulletin no.12.
Throne JE. 1986. A bibliography of maize weevils, Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: Curculionidae). USDA-ARS, ARS-58, Springfield, VA.











LAMPIRAN
Serangga
Ulangan
Benih Jagung  Utuh
Telur
Larva
Pupa
Imago
Ʃ
Sitophilus oryzae
1.00
0.00
1.00
1.00
13.00
15.00
2.00
0.00
9.00
1.00
32.00
42.00
3.00
0.00
12.00
8.00
26.00
46.00
4.00
0.00
7.00
0.00
27.00
34.00
5.00
0.00
1.00
7.00
22.00
30.00
Rata-rata
0.00
6.00
3.40
24.00
33.40

Serangga
Ulangan
Benih Jagung  Pecah
Telur
Larva
Pupa
Imago
Ʃ
Sitophilus oryzae
1.00
0.00
0.00
0.00
15.00
15.00
2.00
0.00
2.00
0.00
17.00
19.00
3.00
0.00
0.00
0.00
19.00
19.00
4.00
0.00
8.00
0.00
21.00
29.00
5.00
0.00
0.00
0.00
4.00
4.00
Rata-rata
0.00
2.00
0.00
15.20
17.20

Serangga
Ulangan
Benih Jagung  Utuh
Telur
Larva
Pupa
Imago
Ʃ
Tribolium castaneum
1.00
0.00
8.00
0.00
9.00
17.00
2.00
0.00
0.00
1.00
9.00
10.00
3.00
0.00
2.00
5.00
8.00
15.00
4.00
0.00
2.00
0.00
15.00
17.00
5.00
0.00
Rata-rata
0.00
3.00
1.50
10.25
14.75

Serangga
Ulangan
Benih Jagung  Pecah
Telur
Larva
Pupa
Imago
Ʃ
Tribolium castaneum
1.00
0.00
23.00
0.00
14.00
37.00
2.00
0.00
0.00
1.00
14.00
15.00
3.00
0.00
0.00
1.00
11.00
12.00
4.00
0.00
6.00
0.00
8.00
14.00
5.00
0.00
0.00
0.00
13.00
13.00
Rata-rata
0.00
5.80
0.40
12.00
18.20